Sejarah Lampu
Sir Humphrey Davy Warren De la Rue James Bowman Lindsay
James Prescott Joule Frederick de Moleyns Heinrich Göbel
Thomas Alva
Edison ialah nama nan terlintas ketika mengulas mengenai sejarah lampu.
Padahal, sejarah lampu bukan hanya diusahakan oleh Edison. Nama-nama seperti
Sir Humphrey Davy, Warren De la Rue, James Bowman Lindsay, James Prescott
Joule, Frederick de Moleyns, dan Heinrich Göbel ialah pendahulu Edison nan
berusaha menerangi malam.
Sejarah Lampu
– Lampu Non-Elektrik
Yang dimaksud dengan lampu non-elektrik ialah ‘nenek moyang’ lampu nan
dapat menerangi tanpa perlu menggunakan energi listrik. Lampu non-elektrik
pertama ditemukan pada tahun 70.000 SM. Cara pembuatannya ialah batu cekung,
kerang, atau bahan alami apa pun nan ada diisi dengan lumut atau bahan lain.
Lumut tersebut dibasahi dengan lemak binatang dan dinyalakan.
Manusia mulai meniru bentuk-bentuk alamiah melalui tembikar protesis
manusia, batu pualam putih, dan lampu-lampu metal. Kemudian manusia belajar
menambahkan sumbu buat mengatur nyala api. Sekita abad ke-7 SM, masyarakat
Yunani Antik sudah menggunakan teknologi lampu terakota buat menggantikan obor.
Kata lampu sendiri berasal dari bahasa Yunani
lampas nan berarti obor.
1. Lampu
minyak
Perkembangan selanjutnya dalam
sejarah lampu terjadi di abad 18. Saat itu manusia menemukan alat
pembakar sentral, ini ialah sebuah kemajuan nan signifikan pada desain lampu.
Bahan bakar lampu disimpan dengan ketat di dalam besi, dan sebuah pipa metal
nan bisa disetel digunakan buat mengatur intensitas pembakaran bahan bakar dan
intensitas cahaya nan dihasilkan.
Di abad nan sama, corong asap kaca kecil ditambahkan pada lampu buat
menjaga nyala barah dan mengatur genre udara ke nyala barah tersebut.
2. Bahan bakar
penerangan
Zaman dahulu, bahan bakar buat lampu non-elektrik ialah minyak zaitun,
lilin tawon lebah, minyak wijen, minyak paus, minyak kacang, dan minyak-minyak
lainnya. Bahan-bahan bakar tersebut lazim digunakan sampai akhir abad ke-18.
Pada tahun1859, pengeboran minyak petroleum mulai sering dilakukan.
Alhasil, lampu kerosin menjadi populer. Lampu seperti ini pertama kali
digunakan di Jerman. Lampu berbahan bakar batu bara dan gas alam juga menjadi
semakin marak digunakan.
Sejarah Lampu
Elektrik
Lampu elektrik pertama di global ditemukan oleh Edison, setelah
berkali-kali gagal dalam percobaan. Edison mematenkan penemuannya pada 1879.
Ide lampu sebenarnya sudah berusia 70 tahun sebelum Edison mematenkannya.
Sir Humpry Davy ialah orang pertama nan mendemonstrasikan dua batang karbon nan
memercikkan cahaya. Hanya saja, cahaya nan dihasilkan terlalu terang,
seperti percikan cahaya saat mengelas besi.
Selain itu, lampu ini membutuhkan sumber listrik nan terlalu besar. Lampu
Davy masih dapat Anda lihat saat ini di konser musik atau pembukaan toko baru
nan meriah.
Banyak ilmuwan tertarik pada inovasi Davy. Mereka berusaha memecah cahaya
nan terlalu terang itu. Salah satu caranya ialah dengan mengalirkannya melalui
suatu material. Hanya saja, material tersebut akan termakan oleh listrik nan
berpijar. Untuk mengatasinya maka perlu membatasi kontak antara listrik pijar
dengan oksigen. Di situlah muncul ide buat mengurungnya dalam bola.
Pada 1841, Frederick DeMoleyns mematenkan bohlam nan terbuat dari
campuran platina dan karbon. Empat tahun berikutnya, J.W. Starr mematenkan
bohlam vakum dengan bahan pembakar karbon. Kemudian, banyak orang berusaha
memvakum bohlam menggunakan material lain, kadang dengan bentuk nan berbeda.
Inovasi mereka sukses di laboratorium tetapi tak dapat digunakan dalam
kehidupan sehari-hari.
Pada 1878, Thomas Alva Edison bergabung dalam kompetisi pembuatan bohlam
nan efektif dan efisien. Sebelumnya, Edison sudah terkenal sebagai penemu
telegraf dan fonograf. Pada Oktober, dia mengumumkan bahwa dia sudah mampu
mengatasi permasalahan bohlam.
Pengumuman itu terlalu dini, Edison memang sudah punya gagasannya, tetapi
dia belum sempat menyempurnakannya. Bicara memang lebih mudah ketimbang
melakukannya. Itulah nan terjadi. Dalam usaha menyempurnakan gagasannya, Edison
gagal terus.
Edison mengajak Francis Upton, dari Universitas Princeton, bergabung
dalam penelitiannya. Mereka mulai mendaftar percobaan gagal nan dilakukan orang
lain dan menghindari cara-cara tersebut. Mereka juga mendaftar sifat-sifat
material nan telah digunakan dan mencari material nan tepat.
Mereka menemukan bahwa pembakar nan tepat ialah material nan memiliki
kendala besar. Material dengan kendala besar tak menghabiskan banyak listrik.
Mereka mulai menyeleksi semua material nan memiliki kendala besar.
Sejarah Lampu
– Bohlam Pertama
Pada Oktober 1879, setahun setelah pengumuman gagasannya, Edison
menggunakan kapas nan dikarbonasi sebagai pembakar. Lampu itu menyala, tetapi
hanya mampu bertahan 13 jam. Itulah lampu nan diklaim sebagai bohlam pertama.
Dalam pengembangannya, Edison menemukan bahwa bambu Jepang nan
dikarbonasi merupakan material nan paling tepat sebagai pembakar. Material ini
kemudian dikenal sebagai filamen. Bohlam nan menggunakan filamen bertahan
sampai 600 jam.
Jawaban "Thomas Alva Edison" sebagai penemu bohlam tak
sepenuhnya tepat sebab sudah banyak orang nan menemukan bohlam. Hanya saja,
Edison menemukan bohlam nan dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari dengan
konsumsi listrik nan efisien.
Sejarah Lampu
– Perkembangan Jenis-Jenis Lampu
Kini kita bisa menikmati terangnya cahaya lampu setelah berbagai ilmuwan
berjuang mencatat sejarah lampu. Saat ini setidaknya ada 4 jenis lampu nan dapat
digunakan oleh manusia, yaitu:
1. Bohlam atau lampu pijar
Ini ialah jenis lampu paling klasik. Lampu ini merupakan sebuah bola kaca
diisi dengan dawai pijar, zat argon, nitrogen, kripton, hidrogen, dan
lain-lain. Lampu pijar menguras banyak energi buat bisa bersinar terang,
terutama jika dibandingkan dengan lampu TL (fluorescent).
Sebuah lampu bohlam hanya dapat bertaham selama seribu jam atau kira-kira
4 bulan pemakaian. Akan tetapi cahaya kuning temaram nan hangat menyebabkan
banyak orang menyukai lampu ini. Harganya pun nisbi ekonomis.
2. Lampu
fluorescent atau TL
Di masyarakat umum, lampu ini dikenal dengan nama lampu neon. Ada berbagai bentuk
lampu neon, mulai dari memanjang (standar), spiral, atau seperti lampu bohlam.
Lampu neon lebih terang benderang dan ekonomis energi. Sebuah lampu neon nan
baik bisa terus menyala selama 15 ribu jam, atau selama pemakaian 10 tahun.
Kualitas nan baik ini diiringi dengan harga nan sesuai. Sebuah lampu neon
dapat memiliki harga hingga 10 kali lampu pijar klasik. Kini, lampu neon banyak
dikampanyekan oleh berbagai forum pecinta lingkungan, sebab sifatnya nan tak
terlalu banyak membutuhkan energi listrik.
3. Lampu
halogen
Lampu halogen ialah lampu nan
dibuat dari kaca kuarsa. Lampu halogen biasanya dimanfaatkan sebagai lampu
spot. Yang dimaksud dengan lampu spot ialah lampu nan cahayanya tak menyebar
melainkan hanya mengarah ke satu area.
Lampu spot banyak digunakan di galeri seni, sebagai lampu taman, dan
sebagainya. Sporadis sekali lampu halogen dimanfaatkan sebagai penerangan
sehari-hari di sebuah rumah; kecuali jika pemilik rumah menginginkan kesan
artistik dan dramatis di satu sudut rumahnya.
4. Lampu LED
LED ialah singkatan dari
Light-Emitting Diode. Lampu ini berupa sirkuit semikonduktor nan bisa bercahaya
saat dialiri tenaga listrik. Uniknya, lampu LED tak memancarkan panas saat
berpijar, tak seperti lampu-lampu lainnya.
Dibandingkan jenis lampu lainnya, lampu ini ialah lampu nan paling
ekonomis energi dan juga nan paling mahal sepanjang sejarah lampu. Sebuah lampu
LED 4 watt (dengan kualitas sama dengan lampu pijar 25 watt) dijual dengan
harga sekitar Rp140.000
Lampu Pijar (biasa)
Jenis lampu yang dikembangkan Thomas Alfa Edison ini memakai filamen tungsten yaitu semacam kawat pijar didalam bola kaca yang diisi gas nitrogen, argon, kripton, hidrogen dan sebagainya. Lampu ini membutuhkan lebih banyak energi dibandingkan lampu TL untuk mendapatkan tingkat terang yang sama. Lampu pijar atau bohlam biasa ini hanya bertahan 1000 jam atau untuk rata-rata pemakaian 10 jam sehari semalam, hanya bertahan kira-kira 3 – 4 bulan, dan setelah itu kita harus membeli bohlam baru.
Banyak orang menyukai menggunakan lampu pijar karena warna yang ditimbulkannya. Warna kuning lampu pijar terasa hangat. Namun yang membeli lampu pijar karena harganya yang relatif murah juga tidak sedikit. Sebaiknya kita memperhatikan bahwa lampu pijar memang murah, namun hanya bertahan 3-4 bulanan saja.Warna cahaya lampu pijar adalah kuning
derajat suhu warna 2’500 – 2’700 K (Kelvin)
Jenis lampu yang dikembangkan Thomas Alfa Edison ini memakai filamen tungsten yaitu semacam kawat pijar didalam bola kaca yang diisi gas nitrogen, argon, kripton, hidrogen dan sebagainya. Lampu ini membutuhkan lebih banyak energi dibandingkan lampu TL untuk mendapatkan tingkat terang yang sama. Lampu pijar atau bohlam biasa ini hanya bertahan 1000 jam atau untuk rata-rata pemakaian 10 jam sehari semalam, hanya bertahan kira-kira 3 – 4 bulan, dan setelah itu kita harus membeli bohlam baru.
Banyak orang menyukai menggunakan lampu pijar karena warna yang ditimbulkannya. Warna kuning lampu pijar terasa hangat. Namun yang membeli lampu pijar karena harganya yang relatif murah juga tidak sedikit. Sebaiknya kita memperhatikan bahwa lampu pijar memang murah, namun hanya bertahan 3-4 bulanan saja.Warna cahaya lampu pijar adalah kuning
derajat suhu warna 2’500 – 2’700 K (Kelvin)
Lampu
TL (Fluorescent)
Jenis lampu ini juga dikenal dengan lampu neon. Dewasa ini lampu neon bentuknya macam-macam, ada yang bentuknya memanjang biasa, bentuk spiral atau tornado, dan ada juga yang bentuk memanjang vertikal dengan fitting (bentuk pemasangan ke kap lampu) yang mirip seperti lampu pijar biasa. Lampu TL lebih hemat energi dibandingkan lampu pijar, karena lebih terang. Untuk lampu TL yang baik (merk bagus), bisa bertahan 15.000 jam atau setara dengan 10 tahun pemakaian, harganya juga sekitar 10x lampu pijar biasa. Sedangkan lampu TL yang berkualitas buruk mungkin bisa bertahan 4-6 bulan saja (dewasa ini banyak bermunculan merk lampu ‘hemat energi’ yang murah, namun kualitasnya rendah).
Lampu TL saat ini juga banyak memiliki varian dan bentuk seperti diatas dengan fitting ulir yang biasa dipakai untuk lampu bohlam biasa.
Lampu TL yang banyak digunakan sejak dulu dengan fitting khusus untuk lampu TL yang panjang.
Jenis lampu ini juga dikenal dengan lampu neon. Dewasa ini lampu neon bentuknya macam-macam, ada yang bentuknya memanjang biasa, bentuk spiral atau tornado, dan ada juga yang bentuk memanjang vertikal dengan fitting (bentuk pemasangan ke kap lampu) yang mirip seperti lampu pijar biasa. Lampu TL lebih hemat energi dibandingkan lampu pijar, karena lebih terang. Untuk lampu TL yang baik (merk bagus), bisa bertahan 15.000 jam atau setara dengan 10 tahun pemakaian, harganya juga sekitar 10x lampu pijar biasa. Sedangkan lampu TL yang berkualitas buruk mungkin bisa bertahan 4-6 bulan saja (dewasa ini banyak bermunculan merk lampu ‘hemat energi’ yang murah, namun kualitasnya rendah).
Lampu TL saat ini juga banyak memiliki varian dan bentuk seperti diatas dengan fitting ulir yang biasa dipakai untuk lampu bohlam biasa.
Lampu TL yang banyak digunakan sejak dulu dengan fitting khusus untuk lampu TL yang panjang.
Dengan jumlah watt (energi listrik)
yang lebih kecil, lampu TL atau neon lebih murah digunakan daripada membeli
lampu pijar biasa, dan saat ini jenis lampu TL juga bervariasi baik bentuk,
fitting pemasangan, serta warna cahayanya ada yang putih, kuning, dan warna
lainnya. Dengan keseimbangan antara harga dan lama pemakaian, lampu TL banyak
digunakan untuk penerangan toko, mall, serta tempat-tempat lain yang
membutuhkan cahaya terang dan lebih hemat energi.
Warna cahaya lampu pijar adalah:
kuning (2’700 K – 3’000 K)
netral (3’500 K – 4’500 K)
putih (5’500 K – 6’500 K)
kuning (2’700 K – 3’000 K)
netral (3’500 K – 4’500 K)
putih (5’500 K – 6’500 K)
Lampu Halogen
lampu halogen biasanya memiliki
reflektor (cermin dibelakangnya) untuk memperkuat cahaya yang keluar.
Fittingnya biasanya khusus, namun saat ini ada pula yang dengan jenis fitting
biasa.
Lampu jenis ini merupakan lampu
spot yang baik. Lampu spot adalah lampu yang cahayanya mengarah ke satu area
saja, misalnya lampu untuk menerangi benda seni secara terfokus. Lampu ini baik
untuk digunakan sebagai penerangan taman untuk membuat kesan dramatis dari
pencahayaan terpusat seperti menerangi patung, tanaman, kolam atau area
lainnya. Jenis lampu ini sebenarnya merupakan lampu filamen yang sudah berhasil
dikembangkan menjadi lebih terang, namun juga kebutuhan energi (watt) yang
relatif sama.
Warna cahaya lampu halogen adalah:
halogen biasa: kuning 3’000 K
halogen high pressure: putih 6’000 K
halogen biasa: kuning 3’000 K
halogen high pressure: putih 6’000 K
Lampu
LED
Lampu ini merupakan sirkuit semikonduktor yang memancarkan cahaya ketika dialiri listrik. Sifatnya berbeda dengan filamen yang harus dipijarkan (dibakar) atau lampu TL yang merupakan pijaran partikel. Lampu LED memancarkan cahaya lewat aliran listrik yang relatif tidak menghasilkan banyak panas. Karena itu lampu LED terasa dingin dipakai karena tidak menambah panas ruangan seperti lampu pijar. Lampu LED juga memiliki warna sinar yang beragam, yaitu putih, kuning, dan warna-warna lainnya.
Lampu ini merupakan sirkuit semikonduktor yang memancarkan cahaya ketika dialiri listrik. Sifatnya berbeda dengan filamen yang harus dipijarkan (dibakar) atau lampu TL yang merupakan pijaran partikel. Lampu LED memancarkan cahaya lewat aliran listrik yang relatif tidak menghasilkan banyak panas. Karena itu lampu LED terasa dingin dipakai karena tidak menambah panas ruangan seperti lampu pijar. Lampu LED juga memiliki warna sinar yang beragam, yaitu putih, kuning, dan warna-warna lainnya.
Satu varian bentuk lampu LED, dimana bentuk lampu LED yang menggantikan bohlam bisa bermacam-macam. Yang pasti adalah lampu LED merupakan lampu berisi kumpulan LED kecil dengan warna putih atau kuning.
Lampu LED merupakan lampu paling
hemat energi diantara jenis lampu lainnya, meskipun harganya relatif mahal.
Saat artikel ini dibuat, lampu LED 4 watt kualitas bagus yang setara dengan
lampu pijar 25 watt, harganya masih sekitar Rp140an ribu. Meskipun demikian,
lampu LED disarankan bagi Anda yang memperhatikan bahwa energi (watt) yang
dipakai sangat kecil sehingga menggunakan lampu LED sama dengan menghemat
listrik hingga 1/5 dari biasanya. Lampu LED juga bisa bertahan sangat lama
hingga 20an tahun. Bila dibandingkan dengan menggunakan lampu pijar, maka dalam
20 tahun harus membeli atau mengganti sekitar 60an lampu pijar. Dengan
asumsi harga lampu pijar biasa adalah Rp6.000,-, maka biaya yang harus
dikeluarkan dengan menggunakan lampu pijar biasa adalah Rp360.000,- tentunya
lebih menarik untuk menggunakan lampu LED. Adapun saat ini, terdapat juga lampu
LED sekitar 3 watt setara bohlam 20an watt ‘made in China’ yang murah meriah
seharga sekitar Rp 30an ribu, namun jangka keawetannya belum dijamin dengan
baik.
Warna cahaya lampu LED banyak
meliputi semua warna, bisa merah, putih, hijau, biru, kuning, dan sebagainya.
Pertimbangan khusus dalam memilih
lampu
Pertimbangan dalam memilih lampu yang sesuai ditentukan oleh hal-hal berikut:
Pertimbangan dalam memilih lampu yang sesuai ditentukan oleh hal-hal berikut:
1. Penggunaan lampu
Kita sebaiknya memperhatikan lampu dipakai untuk tujuan penerangan yang seperti apa, apakah lampu general (penerangan umum ruangan), penerangan setempat (misalnya lampu meja) atau lampu sorot (misalnya untuk menerangi lukisan). Jenis lampu halogen mungkin lebih sesuai sebagai lampu sorot dibandingkan lampu TL yang lebih sesuai untuk penerangan umum.
2. Fitting
Fitting merupakan cara memasang lampu berkaitan dengan tempat dudukan lampu. Lampu neon jaman dulu dikenal bentuknya panjang yang hingga sekarang masih digunakan. Bentuk fitting lampu neon yang khusus untuk lampu TL 10 watt, berbeda dengan lampu TL . Demikian juga fitting lampu halogen berbeda dengan lampu bohlam biasa, karena fitting lampu halogen biasanya terdapat colokan khusus. Dewasa ini fitting lampu banyak disesuaikan dengan fitting ulir yang biasa digunakan untuk lampu bohlam biasa. Termasuk lampu neon bisa dipasang selayaknya memasang bohlam karena memakai fitting ulir.
3. Warna cahaya
Apakah Anda lebih menyukai cahaya putih atau cahaya kuning? Dalam aspek efek cahaya, lampu putih terlihat lebih terang daripada lampu kuning, namun lampu kuning memberi efek hangat dan lebih romantis.
Kita sebaiknya memperhatikan lampu dipakai untuk tujuan penerangan yang seperti apa, apakah lampu general (penerangan umum ruangan), penerangan setempat (misalnya lampu meja) atau lampu sorot (misalnya untuk menerangi lukisan). Jenis lampu halogen mungkin lebih sesuai sebagai lampu sorot dibandingkan lampu TL yang lebih sesuai untuk penerangan umum.
2. Fitting
Fitting merupakan cara memasang lampu berkaitan dengan tempat dudukan lampu. Lampu neon jaman dulu dikenal bentuknya panjang yang hingga sekarang masih digunakan. Bentuk fitting lampu neon yang khusus untuk lampu TL 10 watt, berbeda dengan lampu TL . Demikian juga fitting lampu halogen berbeda dengan lampu bohlam biasa, karena fitting lampu halogen biasanya terdapat colokan khusus. Dewasa ini fitting lampu banyak disesuaikan dengan fitting ulir yang biasa digunakan untuk lampu bohlam biasa. Termasuk lampu neon bisa dipasang selayaknya memasang bohlam karena memakai fitting ulir.
3. Warna cahaya
Apakah Anda lebih menyukai cahaya putih atau cahaya kuning? Dalam aspek efek cahaya, lampu putih terlihat lebih terang daripada lampu kuning, namun lampu kuning memberi efek hangat dan lebih romantis.